Langsung ke konten utama

Sumber Pengetahuan, Makna Fakta dan Makna Variabel, Kriteria Kebenaran, Makna Koherensi, Korespondensi, Pragmatik dan Konvensi

BAB I
PENDAHULUAN


1.                  Latar Belakang
Bahasa dan filsafat merupakan dua sejoli yang tidak terpisahkan. Mereka bagaikan dua sisi mata uang yang senantiasa bersatu.
Didalam kehidupan praktis sehari-hari manusia bergerak didalam dunia yang telah diselubungi dengan penafsiran-penafsiran dan kategori-kategori ilmu pengetahuan dan filsafat. Penafsiran-penafsiran itu sering kali diwarnai oleh kepentingan-kepentingan, situasi-situasi kehidupan dan kebiasaaan-kebiasaan, sehingga ia telah melupakan dunia apa adanya, dunia kehidupan  yang Murni, tempat berpijaknya segala bentuk penafsiran.
Struktur ilmu menggambarkan bagaimana ilmu itu diterapakn dalam suatu lingkungan, dimana keterkaitan antara unsur-unsur nampak secara jelas. Menurut Savage dan Amstrong, Struktur ilmu merupakan A Scheme that has been devided to illusrate relationship among facts, concepts, and generalization. Dengan demikian struktur ilmu merupakan ilustrasi hubungan antara fakta, konsepkonstruk, keterkaitan tersebut membentuk suatu bangun struktur ilmu.
dalam makalah ini kami akan fokuskan dalam pembahasan mengenai sumber pengetahuan : fakta, data, dan variabel dan kriteria kebenaran .
2.                  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan :
1.                  Apa makna Sumber pengetahuan?
2.                  Apa makna Fakta, data dan variabel?
3.                  Bagaimana kriteria kebenaran?
4.                  Apa makna koherensi, korespondensi, pragmatik dan konvensi?
3.                  Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembuatan makalah ini yakni untuk mengetahui:
1.                  Untuk  makna Sumber pengetahuan
2.                  Untuk mengetahui  makna Fakta, data dan variabel
3.                  Untuk mengetahui  kriteria kebenaran
4.                  Untuk mengetahui makna koherensi, korespondensi, pragmatik dan konvensi





























BAB II
PEMBAHASAN

A.                Sumber Pengetahuan
Para filsuf memberi jawaban yang berbeda-beda, apa yang sebenarnya menjadi sumber pengetahuan. Plato dan Descartes mengatakan bahwa akal budi atau rasio adalah sumber pengetahuan. Bahkan ada yang ekstrim menyatakan bahwa akal budi adalah satu-satunya sumber bagi pengetahuan, sehingga apa yang bertentangan dengan akal budi tidak mungkin benar.
Filsuf lain seperti Francis Bacon, hobbes menyatakan bahwa bukan akal budi, melainkan pengalaman inderawi yang menjadi sumber pengetahuan. Mereka mengklaim ide atau konsep manusia sesungguhnya berasal dari pengalaman.
John Locke mengatakan bahwa seluruh ide manusia berasal secara tidak langsung dari sensasi dan lewat refleksi tehadap ide-ide sensatif itu sendiri. Tidak ada suatu apapun, juga dalam akal budi manusia yang tidak berasal dari pengetahuan inderawi.
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman.  Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan empirisme.
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukanlah ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh sebelum manusia berusaha memikirkannya, paham ini dikenal dengan nama idealisme. Fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya.
Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasionalis yang abstrak namun lewat pengalaman yang kongkret. Gejala –gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindera manusia.
Disamping rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan lain. sampai sejauh ini, pengetahuan yang didapatkan secara rasional maupun empiris, kedua-duanya merupakan induk produk dari sebuah rangkaian penalaran.
a)                  Fakta
Fakta adalah (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan dan benar-benar terjadi. Fakta adalah hasil pengamatan yang telah di verifikasi secara empiris. Fakta dapat berkembang menjadi ilmu atau juga tidak berarti apa-apa. Fakta adalah sesuatu yang sesuai kenyataan.
Menurut bertrand Russel fakta adalah segala sesuatu yang berada di dunia, ini berarti gejala apapun baik gejala alam maupun gejala human merupakan fakta yang bisa menjadi bahan baku bagi pembentukan konsep-konsep, namun demikian karena luasnya, maka tiap-tiap ilmu akan menyeleksi fakta-fakta tersebut sesuai dengan orientasi ilmunya.
b)                  Data
Data adalah fakta hasil penelitian yang sudah dibingkai oleh suatu teori dari suatu disiplin ilmu tertentu. Keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian. Data adalah catatan atas kumpulan fakta, data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa latin yang berarti “sesuatu yang diberikan”. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.
c)                  Variabel
Variabel adalah faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan. Variabel adalah suatu konstruk yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan, variabel sebenarnya dalah konsep tingkat rendah yang acuan-acuannya secara relative mudah diidentifikasi dan observasi serta mudah diklasifikasi diurut atau diukur. Jadi variabel adalah bagian empiris dari sebuah konsep atau konstruk. Variabel berfungsi sebagai penghubung antara dunia teoritis dengan dunia empiris. Variabel merupakan fenomena peristiwa yang dapat diukir.
B.  KRITERIA KEBENARAN

1.         Pengertian  Kebenaran
Kebenaran adalah keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya, kata “ kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak . Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah preposisi atau makna  yang di kandung dalam suatu  pernyataan (stastement) yang benar apabila subjek menyatakan kebenaran artinya  bahwa yang diuji pasti memiliki kualitas, siifat atau karakteristik, hubungan dan nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat hubungan dan nilai itu sendiri.
            Persesuaian antara pengetahuan dan objeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus dengan aspek objek yang diketahui . jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan yang objektif.
            Kebenaran adalah suatu sifat dari kepercayaan dan diturunkan dari kalimat yang menyatakan kepercayaan tersebut. Artinya kebenaran merupakan suatu hubungan tertentu  antara suatu kepercayaan. Bila hubungan ini tidak ada , maka kepercayaan itu adalah salah . dengan demikian kepercayaan itu tetap benar jika fakta yang merupakan pertaliannya dengan dunia luar atau merupakan tanda kejadianya dan jika tidak ada fakta seperti itu maka hal itu tetap salah.

2.         Sifat Kebenaran
Surajiyo didalam bukunya filsafat ilmu dan perkembangan diindonesia , membedakan kebenaran dibagi menjadi tiga yaitu kebenaran yaitu :
1.         Kebenaran berkaitan dengan kualitas, artinya setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek  yang ditiliti  dari jenis pengetahuan yang dibangun . maksudnya apakah  pengetahuan itu berupa:
a.         Pengetahuan biasa, pengetahuan seperti ini memilik inti kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal , memiliki sifat yang selalu benar , sejahu sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal
b.         Pengetahuan ilmiah . pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan atau hampiran metodologis  yang telah mendapatkan kesepakatan diantara ahli yang sejenis . kebenran yang terkandung dalam pengetahuan ilmiha  bersifat relative , maksudnya kandungan kebenaran  dari jenis pengetahuan ilmiha selalu mendapatkan revisi yaitu selalu  diperkaya  oleh hasil penemuan yang paling  muktahir . dengan demikian, kebenaran dalam pengetahuan ilmiha selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian  yang paling akhir dan mendapatkan persetujuan para ilmuwan sejenis.
c.         Pengetahuan filsafat Jenis pengetahuan  yang pendekatanya melalui metedologi pemikiran filsafat , yang sifatnya menyeluruh  dan mendasar  dengan model pemikiran  yang analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat yang terkandung  dalam pengetahuan filsafat adalag absolute –intersubjektif. Maksud nilai kebenaran yang terkandung  jenis pengetahuan  filsfat selalu merupakan  pendapat yang selalu melekat pada pandangan filsafat  dari seorang pemikir filsafat  itu serta selalu  mendapat pembenaran  dari filsuf kemudian yang mengunakan  metodologi pemikiran yang sama pula . Jika pendapat filsafat itu ditinjau  dari sisi lain , artinya dengan pendekatan  filsafat yang lain sudah  dapat dipastikan hasilnya akan berbeda atau bahkan bertentangan atau menghilangkan  sama sekali.
d.         Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama . pengetahuan agama memilkiki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama  selalu dihampiri oleh keyakinan sehingga pernyataan  dalam ayat kitab suci agama memilkiki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan  untuk memahami . implikasi makna dari kandungan  kitab suci itu dapat berkembang secara dinamis sesaui dengan perkembangan waktu, tetapi kandungan dari kitab suci itu tidak dapat diubah atau sifatnya absolut.

2.         Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana  cara atau dengan alat apakah seorang membangun pengetahuanya , apakah ia membangunya dengan pengindraan atau sense experience, atau dengan akal pikiran ( rasio), intuisi, atau keyakinan . Implikasi dari pengunaan alat untuk memperoleh pengetahuan melalui alat tertentu akan mengakibatkan karakteristik kebenaran  yang dikandung oleh pengetahuan akan memilki cara tertentu  untuk membuktikanya, artinya jika seseorang membangunya melalui indra  atau sense experience, pada saat ia membuktikan kebenaran pengetahuan harus melalui indra pula , begitu juga  dengan cara yang lain . Seseorang tidak dapat membuktikan  kandungan kebenaran yang dibangun oleh intuitif, dibuktikanya dengan cara yang lain cara indrawi.

3.         Kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya bagaimana relasi atau hubugan antara subjek dan objek , manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan, subjek atau  objek ? jika subjek yang berperan maka jenis pengetahuan itu  mengandung nilai kebenaran yang sifatnya subjektif , artinya nilai kebenaran dari pengetahuan yang dikandungnya amat tergantung  pada subjek yang memiliki pengetahuan itu. Atau jika objek amat berperan maka sifat subjektif, seperti pengetahuan tentang alam  atau ilmu-ilmu alam.

3.         TEORI KEBENARAN
Menurut Jujun S. Suriasumatri membagi teori kebenaran menjadi tiga, yaitu  teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatis dan konvensi
1.         Teori korespondensi , dimana eksponen utamanya  adalah Bernand Russel ( 1872-1970) sebagi penganut teori korespondensi  maka suatu pernyataan adalah  benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut maksudnya jika seseorang menyatakan bahwa “ Ibu kota Republuk Indonesia adalah Jakarta” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan  itu dengan objek  bersifat factual yaitu Jakarta memang menjadi ibu kota Republik Indonesia. Sekiranya orang lain menyatakan bahwa “ Ibu kota Republik Indonesia adalah Bandung “ maka pernyataan itu adalah tidak benar sebab tidak terdapat objek dengan pernyataan tersebut . Dalam hal ini maka secara factual “ Ibi Kota Republik Indonesia  adalah bukan Bandung melainkan Jakarta.

2.         Teori koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar  bila pernyataan tersebut  bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya  yang dianggap benar. Bila kita menganggap bahwa “ semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan benar , maka pernyataan bahwa “ si Pulan adalah “seorang manusia dan si Pulan pasti akan mati” adalah benar pula , sebab pernyataan yang kedua adalah kosisten dengan pernyataan yang pertama .

3.         Teori kebenaran pragmatik  oleh Charles  S. Pierce (1839-1914) dalam sebuha makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “ How  to make our ideas clear”  teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa hali  filsafat yang kebanyakan  adalah kebangsaan amerika yang  menyebabkan filsafat ini  sering dikaitkan dengan filsafat amerika . Ahli filsafat ini diantaranya adalah William James (1842-1910), Jhon Dewey,1859-1952), dan George Herberd mead( 1863-1931) dan C.I.Lewis.
Bagi seorang pragmatis  maka kebenaran  suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat berfungsi fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Sekiranya ada orang yang menyatakan sebuha teori X dalam pendidikan , dan teori X tersebut dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar maka, teori X  itu dianggap benar , sebab teori X ini  adalah fungsional  dan mempunyai kegunaan.






4.         Teori kebennaran konvensi
Kebenaran konvensi ( kesepakatan) biasa di sebut sebagai Sammuci sacca kebenaran ini biasa di gunakan didalam pergaulan sehari-hari untuk sebutan , penamaan . dan kemudian berkomunikasi . didalam pergaulan konvensi ini selalu  selalu digunakan , oleh karena itulah  muncul istilah aku, diriku dan sebagainya hanya dalam pergaulan kehidupan.

5.         Teori kebenaran mutlak
Kebenaran mutlak ( hakekat sesungguhnya  biasa disebut paramatha sacca kebenaran ini biasa digunakan didalam hakekat sesungguhnya segala sesuatu , dimana tidak ada aku, diriku, millikku, dan seterusnya ,
Contohnya  ketika seseorang bertanya “kalau tidak ada aku, siapa dong yang mengalahkan diriku “ sebenenarnya kebenaran itu tidak tepat, karena ada dua kebenaran yang dicampuradukan yaitu kebenaran mutlak dan kebenran konvensi , kebenaran mutlak tercakup dalam kumpulan kata” kalau tidak ada aku” dan kebenaran konvensi tercakup dalam kumpulan kata” siapa yang mengalahkan diriku . jadi bila kita berbicara tentang kebenaran konvensi , maka semua kalimat itu meliputi perihal konvensi .demikian pula sebaliknya , bila kita berbicara kebenaran mutlak , maka semua kalimat itu perihal kebenaran mutlak.












BAB III
PENUTUP
A.                KESIMPULAN
Sumber pengetahuan dalam filsafat berasal dari akal budi dan pengalaman karena itu ada dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan empirisme.
Sedangkan Kebenaran adalah suatu sifat dari kepercayaan dan diturunkan dari kalimat yang menyatakan kepercayaan tersebut. Artinya kebenaran merupakan suatu hubungan tertentu  antara suatu kepercayaan. Bila hubungan ini tidak ada , maka kepercayaan itu adalah salah . dengan demikian kepercayaan itu tetap benar jika fakta yang merupakan pertaliannya dengan dunia luar atau merupakan tanda kejadianya dan jika tidak ada fakta seperti itu maka hal itu tetap salah. Didalam, kriteria kebenaran Jujun S. Suriasumatri membagi teori kebenaran menjadi tiga, yaitu  teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatis dan konvensi

B.                 SARAN
Filsafat sangat berguna baik bagi kehidupan sehari-hari dan didalam pendidikan agar ketika ingin melakukan segala sesuatu harus menggunakan filsafat agar kita tidak salah langkah dalam melakukan segala sesuatu yang akan kita lakukan. Oleh sebab itu filsafat dan pengetahuan sangat penting dipelajari dan diterapkan didalam kehidupan.






DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Jujun S. Suriasumantri.2000.Filsafat Ilmu Sebuah Penghantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Stefanus Supriyanto. 2013. Filsafat ilmu. Jakarta : Prestasi Pustaka.

http:com/Tanya/td31.shtml

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dasar-Dasar Psikologis Dalam Analisis Kontrastif

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang James menyatakan bahwa analisis kontrastif atau yang disingkat dengan Anakon bersifat hybrid atau berkembang. Anakon adalah suatu upaya linguistik yang bertujuan untuk menghasilkan dua tipologi yang bernilai terbalik dan berlandaskan asumsi bahwa bahasa-bahasa dapat dibandingkan. [1] Hakikat dan posisi anakon dalam ranah linguistik yaitu: pertama, anakon berada di antara dua kutub generalis dan partikularis. Kedua, anakon menaruh perhatian dan tertarik kepada keistimewaan bahasa dan perbandingannya. Ketiga, anakon bukan merupakan suatu klasifikasi rumpun bahasa dan faktor kesejarahan bahasa-bahasa lainnya serta anakon tidak mempelajari gejala-gejala bahasa statis yang menjadi bahasan linguistik sinkronis. Ellis membagi anakon menjadi dua aspek yaitu: aspek linguistik dan aspek psikologis. [2] Dalam ranah linguistik terdapat suatu cabang yang disebut telaah antarbahasa. Cabang lingistik ini tertarik kepada kemunculan bahasa...

Ontologi, Metafisika, Asumsi, Peluang

BAB I PENDAHULUAN 1.                   Latar Belakang Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta, untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya, sedangkan proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas. Adapun beberapa cakupan ontologi adalah Metafisika, Asumsi, Peluang, beberapa asumsi dalam ilmu, dan batasan-batasan penjelajah ilmu. Membahas ilmu pengetahuan, sangat erat kaitannya dengan metafisika. Metafisika merupakan sebuah ilmu, yakni suatu pencarian dengan daya intelek yang bersifat sistematis atas data pengalaman yang ada. Metafisiska sebagai ilmu yang mempunyai objeknya tersendiri, hal inilah yang membedakannya dari pendekatan rasional yang lain. Setiap manusia yang baru dilahirkan ...

Cakupan Linguistik Dengan Pendekatan Struktural dan Fungsional

BAB I PENDAHULUAN A.        Dasar Pemikiran Kalau kita mendengar kata linguistik, biasanya yang terlintas di benak kita adalah kata bahasa, dan memang benar linguistik seperti yang dikatakan oleh Martinet (1987:19) [1] , telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Bahasa adalah objek utama yang dibahas  pada kajian linguistik. Bahasa sebagai objek kajian linguistik bisa kita bandingkan dengan peristiwa-peristiwa alam yang menjadi objek kajian ilmu fisika; atau dengan berbagai penyakit dan cara pengobatannya yang menjadi objek kajian ilmu kedokteran; atau dengan gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang menjadai objek kajian sosiologi. Perbandingan ini akan dibahas juga pada pembahasan selanjutnya. Meskipun dalam dunia keilmuan ternyata yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya bukan hanya linguistik, tetapi linguistik tetap merupakan ilmu yang memperlakukan bahasa sebagai bahasa, sedangkan ilmu lain tidak demikian. Kata linguistik (yang...