Langsung ke konten utama

Arista Mayang Sari (Sebuah Tugas EVALUASI DAN PENGUKURAN DALAM PENGAJARAN BAHASA)

EVALUASI DAN PENGUKURAN DALAM PENGAJARAN BAHASA
RUBRIK TES PERFORMANSI

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Endry Boeriswati, M. Pd.
Dr. Sri Harini Ekowati, M. Pd.

Description: Description: C:\Users\win-pc\Downloads\Ayat\logo unj.png

Disusun Oleh:

Arista Mayang Sari
7316167147

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA (A)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
RUBRIK PENILAIAN TES PERFORMANSI
BAHASA INDONESIA
DRAMA
ASPEK PENILAIAN
SKOR
NILAI
1
AKTING
VOKAL
(1-20)
20
PENGUASAAN KARAKTER
(1-20)
20
PENEMPATAN DIRI (BLOKING)
(1-20)
20
2
PROPERTI DAN KOSTUM
(1-10)
10
3
TATA MUSIK
(1-15)
15
4
NARATOR
(1-10)
10
5
PENYUTRADARAAN
(1-5)
5
TOTAL SKOR

100
Keterangan:
1.      Nilai Keterampilan   =   x 100
2.      Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
SB  (Sangat Baik)     =   91 – 100                 C (Cukup)       =  60 – 74  
B (Baik)                    =   75 – 90                   K (Kurang)      =  < 60

Jakarta,  April 2017
Guru Penguji
             
Arista Mayang Sari, S.Pd.



Pedoman Penilaian Guru
1.      AKTING
SKOR
KRITERIA PENILAIAN
16-20
Hampir semua pemain suaranya terdengar jelas, variasi intonasi yang sesuai dan artikulasi jelas.
11-15
Hanya setengah pemain yang suaranya terdengar jelas, variasi intonasi yang sesuai dan artikulasi jelas.
6-10
Hanya beberapa pemain yang suaranya terdengar jelas, variasi intonasi yang sesuai dan artikulasi jelas.
1-5
Lebih banyak pemain yang suaranya tidak terdengar jelas, tidak terdapat variasi intonasi yang sesuai serta artikulasi yang kurang jelas.

2.      PROPERTI DAN KOSTUM
SKOR
KRITERIA PENILAIAN
8-10
Terdapat properti dan kostum yang mendukung cerita
4-7
Terdapat properti namun kurang mendukung, kostum cukup mendukung cerita.
1-3
Tidak terdapat properti, kostum kurang mendukung

3.      TATA MUSIK
SKOR
KRITERIA PENILAIAN
11-15
Musik bervariasi dan sangat mendukung suasana cerita.
6-10
Terdapat variasi musik, namun kurang mendukung suasana cerita.
1-5
Tidak terdapat musik atau hanya terdapat musik di awal dan akhir saja.

4.      NARATOR
SKOR
KRITERIA PENILAIAN
8-10
Volume lantang, artikulasi jelas, serta intonasi sesuai.
4-7
Volume lantang, artikulasi kurang jelas, serta intonasi kurang sesuai.
1-3
Volume kurang lantang, artikulasi kurang jelas, serta intonasi kurang sesuai.

5.      PENYUTRADARAAN
SKOR
KRITERIA PENILAIAN
5
·     Adegan demi adegan berjalan lancar, perpindahan tempat setiap pemain teratur, ekspresi dan gesture pemain sangat membangun cerita dan tidak bloking.
·     Musik, properti, kostum serta narator cukup baik dalam mendukung cerita.
4
·     Adegan demi adegan berjalan lancar, perpindahan tempat setiap pemain teratur namun sedikit bloking.
·     Musik, properti, kostum serta narator cukup baik dalam mendukung cerita.
3
·      Adegan demi adegan berjalan lancar, perpindahan tempat setiap pemain kurang teratur dan sedikit bloking.
·     Musik, properti, kostum serta narator kurang mendukung cerita.
2
·      Perpindahan adegan kurang tertata, perpindahan tempat setiap pemain kurang teratur dan bloking.
·     Musik, properti, kostum serta narator kurang mendukung cerita.
1
·      Perpindahan adegan tidak tertata, perpindahan tempat setiap pemain tidak teratur, serta pemain dominan bloking.
·      Musik, properti, kostum serta narator tidak mendukung cerita.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dasar-Dasar Psikologis Dalam Analisis Kontrastif

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang James menyatakan bahwa analisis kontrastif atau yang disingkat dengan Anakon bersifat hybrid atau berkembang. Anakon adalah suatu upaya linguistik yang bertujuan untuk menghasilkan dua tipologi yang bernilai terbalik dan berlandaskan asumsi bahwa bahasa-bahasa dapat dibandingkan. [1] Hakikat dan posisi anakon dalam ranah linguistik yaitu: pertama, anakon berada di antara dua kutub generalis dan partikularis. Kedua, anakon menaruh perhatian dan tertarik kepada keistimewaan bahasa dan perbandingannya. Ketiga, anakon bukan merupakan suatu klasifikasi rumpun bahasa dan faktor kesejarahan bahasa-bahasa lainnya serta anakon tidak mempelajari gejala-gejala bahasa statis yang menjadi bahasan linguistik sinkronis. Ellis membagi anakon menjadi dua aspek yaitu: aspek linguistik dan aspek psikologis. [2] Dalam ranah linguistik terdapat suatu cabang yang disebut telaah antarbahasa. Cabang lingistik ini tertarik kepada kemunculan bahasa...

Ontologi, Metafisika, Asumsi, Peluang

BAB I PENDAHULUAN 1.                   Latar Belakang Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta, untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya, sedangkan proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas. Adapun beberapa cakupan ontologi adalah Metafisika, Asumsi, Peluang, beberapa asumsi dalam ilmu, dan batasan-batasan penjelajah ilmu. Membahas ilmu pengetahuan, sangat erat kaitannya dengan metafisika. Metafisika merupakan sebuah ilmu, yakni suatu pencarian dengan daya intelek yang bersifat sistematis atas data pengalaman yang ada. Metafisiska sebagai ilmu yang mempunyai objeknya tersendiri, hal inilah yang membedakannya dari pendekatan rasional yang lain. Setiap manusia yang baru dilahirkan ...

Cakupan Linguistik Dengan Pendekatan Struktural dan Fungsional

BAB I PENDAHULUAN A.        Dasar Pemikiran Kalau kita mendengar kata linguistik, biasanya yang terlintas di benak kita adalah kata bahasa, dan memang benar linguistik seperti yang dikatakan oleh Martinet (1987:19) [1] , telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Bahasa adalah objek utama yang dibahas  pada kajian linguistik. Bahasa sebagai objek kajian linguistik bisa kita bandingkan dengan peristiwa-peristiwa alam yang menjadi objek kajian ilmu fisika; atau dengan berbagai penyakit dan cara pengobatannya yang menjadi objek kajian ilmu kedokteran; atau dengan gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang menjadai objek kajian sosiologi. Perbandingan ini akan dibahas juga pada pembahasan selanjutnya. Meskipun dalam dunia keilmuan ternyata yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya bukan hanya linguistik, tetapi linguistik tetap merupakan ilmu yang memperlakukan bahasa sebagai bahasa, sedangkan ilmu lain tidak demikian. Kata linguistik (yang...