ANALISIS KONTRASTIF KONSTRUKSI KATA JAMAK BAHASA ARAB DENGAN BAHASA INDONESIA
Khoerunnisa
Universitas Negeri Jakarta, Progran Pasca Sarjana S2
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13220
khoerunnisa.94@gmail.com
ABSTRAK
Analisis kontrastif merupakan ilmu bahasa yang digunakan untuk
membandingkan dua bahasa atau lebih untuk memperoleh perbedaan atau pun persamaannya.
Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan membandingkan Bahasa Arab
dan Bahasa Indonesia berdasarkan pembentukan kata jamak.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat beberapa pola jamak dalam bahasa
Indonesia yaitu, pengulangan kata, penambahan kata bilangan, penambahan kata
bantu jamak, dan kata ganti orang. Dalam bahasa Indonesia terdapat leksem atau kata yang langsung
bermakna jamak seperti, masyarakat, publik dan lain-lain. Sedangkan pada kategori jumlah dalam bahasa Arab,
terdapat dua jenis: yaitu jamak sālim dan jamak taksir. Jamak sālim dibedakan
menjadi dua berdasarkan gender maskulin disebut juga dengan Jama’ mużakkar
sālim dan berdasarkan gender feminin disebut juga dengan jama’ muannaṡ
sālim. Jama’ sālim memiliki keteraturan dalam pembentukannya dengan
menambahkan imbuhan di akhir kata, sedangkan jama’ taksir memiliki
pola-pola yang beragam dalam pembentukannya. Pola jamak bahasa Indonesia dan bahasa
Arab memiliki perbedaan yang banyak sehingga siswa mengalami kesulitan dan
kesalahan dalam menerjemahkannya.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
bentuk jamak BA dan BI mempunyai perbedaan pada proses morfologis di masing-masing
bahasa. Saran yang dapat direkomendasikan yaitu penelitian ini belum dapat
menjawab secara tuntas bentuk jamak dalam BA dan BI. Masih banyak permasalahan yang belum tergali, baik untuk
jangkauan data maupun variasi-variasi yang lain, seperti aspek dan modalitas.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lain yang lebih mendalam dengan
kajian kontrastif.
Kata kunci: analisis kontrastif, pembentukan,
kata jamak
ABSTRACT
Contrastive analysis is a language science
used to compare two or more languages to derive differences or similarities. In
this study the researchers limit the problem of comparing Arabic and Indonesian
language based on the formation of plural words.
The results of this study show that there are
several plural patterns in the Indonesian language namely, repetition of words,
the addition of word numbers, the addition of plural auxiliary words, and
pronouns people. In the Indonesian language there are leksem or words that
directly mean plural, public and others. While in the Arabic number of numbers,
there are two types: jama’ sālim and jama’ taksir. Jama’ sālim is divided into
two by virtue of masculine gender, also called Jama’ mużakkar sālim and based
on feminine gender is also called jama’ muannaṡ sālim. Jama' salim has a
regularity in its formation by adding affixes at the end of the word, while
jama' taksir has diverse patterns in its formation. The plural patterns of
Indonesian and Arabic language have so many differences that students have
difficulty and error in translating them.
From the results of the
study it can be concluded that the plural forms of BA and BI have differences
in morphological processes in each language. Suggestion that can be recommended
that this research have not able to answer thoroughly plural form in BA and BI.
There are still many problems that have not been explored, both for the range
of data and other variations, such as aspects and modalities. Therefore, more
in-depth research with contrastive studies is needed.
Keywords: contrastive
analysis, construction, plural
PENDAHULUAN
Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua, terutama dalam membaca
maupun membuat sebuah kalimat, siswa sering menghadapi kesulitan dan kesalahan.
Hal itu terjadi akibat siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam
bahasa pertama. Dalam hal ini, siswa menggunakan sejumlah unsur dan tata bahasa
dalam bahasa pertama untuk kegiatan dalam bahasa kedua. Akibat unsur-unsur
kebahasaan itu tidak terdapat dalam bahasa pertama sedangkan siswa pada saat
menggunakan bahasa kedua dituntut untuk menggunakan unsur itu, maka
mengakibatkan kesalahan dan kesulitan dalam berbahasa. Hal semacam ini sangat
perlu diselesaikan dengan sebuah solusi. Salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan
dan kesalahan siswa akibat pengaruh unsur-unsur kebahasaan itu adalah dengan
melakukan sebuah analisis kontrastif.
Salah satu masalah yang dihadapi para siswa adalah dalam masalah morfologi
antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Seperti afiksasi, pembentukan kata
kerja aktif pasif, kata ganti, konsep tunggal Jamak dan lain- lain.
Realitanya, banyak
siswa yang terkecoh dalam masalah pembentukan kata, seperti penggunaaan kata tunggal dan kata
jamak antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Maka dari itu, salah satu analisis bahasa tersebut adalah analisis
morfologi konsep kata tunggal dan kata jamak dari sisi pembentukan kata.
Permasalahan yang kami uraikan adalah Pola Kata Jamak Bahasa Arab (PKJ BA) dan
Pola Kata Jamak Bahasa Indonesia - (PKJ BI) dari aspek morfologi, serta
menemukan persamaan dan perbedaan konsep pembentukan antara PKJ BA dan PKJ BI.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
“ Analisis Kontrastif Konstruksi Kata Tunggal dan Jamak Bahasa Indonesia dengan
Bahasa Arab”, yang meliputi pengertian analisis kontrastif, deskripsi PKJ BI,
deskripsi PKJ BA, kontrastif PKJ BI dan
PKJ BA, prediksi kesulitan peserta didik pada PKJ BI dan PKJ BA, serta solusi
untuk menanganinya. Yang mana ditujukan untuk memberikan satu sumbangan yang berarti untuk
keberhasilan proses belajar mengajar bahasa Arab.
METODE
Metode Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada penelitian ini penulis mencoba
mendeskripsikan, mengontraskan, menganalisis, dan menginterpretasi
perubahan-perubahan yang terjadi pada proses morfologi dari kedua bahasa
tersebut berdasarkan teori, data, dan literatur yang terkumpul. Selain metode
deskriptif, penelitian ini juga menggunakan metode kepustakaan (library research),
yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data-data dan informasi yang bersumber
dari buku-buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan perubahan kata jamak
bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Pola Kata Jamak Bahasa
Indonesia (PKJ BI)
Menurut Anton Moeliono bentuk jamak dalam bahasa Indonesia
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)
Bentuk jamak dengan melakukan
pengulangan kata yang bersangkutan, seperti:
Tunggal
|
Jamak
|
Kursi
|
Kursi-kursi
|
Meja
|
Meja-meja
|
Buku
|
Buku-buku
|
Teman
|
Teman-teman
|
2)
Bentuk jamak dengan menambah kata
bilangan, seperti:
1.
Beberapa + meja (kata tunggal) -> Beberapa meja
2.
Sekalian + tamu (kata tunggal) -> Sekalian tamu
3.
Semua + buku (kata tunggal) -> Semua buku
4.
Sepuluh + Komputer (kata tunggal) -> Sepuluh komputer
3)
Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak,
seperti:
1.
Para tamu
2.
Banyak tamu
4)
Bentuk jamak dengan menggunakan kata
ganti orang, seperti:
1.
Mereka
2.
kita
3.
Kami
4.
Kalian
5)
Pengulangan salin suara
Contoh : Sayur-
mayur, corat- coret, desas- desus, warna- warni
6)
Kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis, seperti : dedaunan,
pepohonan, sesajian, reruntuhan, jari- jemari, tali- temali, gunung- gemunung
7)
Kekolektifan yang merupakan kumpulan berbagai jenis, seperti : tumbuh-
tumbuhan, kacang- kacangan, padi- padian, batu- batuan, umbi- umbian
Dalam
bahasa Indonesia terdapat leksem yang bermakna jamak yaitu kata yang telah
bermakna jamak meskipun tanpa pemarkah atau penanda jamak, seperti:
1.
Masyarakat
2.
Publik
2.
Pola Kata Jamak Bahasa
Arab (PKJ BA)
Dalam bahasa arab,
berkenaan
dengan jumlah pada kelas nomina, BA memiliki tiga bentuk jumlah, yakni tunggal
(mufrād), dual (muṡannā), dan jamak (jama’); jamak berlaku
untuk lebih dari dua.
Mufrad
adalah jumlah yang menunjukkan pada sesuatu yang tunggal, baik bergender
laki-laki maupun perempuan, nakirah atau
ma’rifah, kata sifat maupun kata yang disifati, jāmid (kata benda yang bukan
derivasi dari kata kerja) atau musytaq (kata benda yang merupakan derivasi dari
kata kerja) dan berakal maupun tak berakal, seperti pada: qalamun
“pena”, imra’atun “perempuan”, ḥāmidun “yang memuji”, maḥmūdun
“yang dipuji”, maktabun “meja”, nabātun “tumbuh-tumbuhan”, ṭā’irun
“burung”, anta “kamu laki-laki, allażī “yang (merujuk pada
laki-laki)”, dan lain sebagainya.
Muṡannā adalah jumlah yang menunjukkan sesuatu yang
berjumlah dua, seperti contoh-contoh mufrad di atas namun dengan menambahkan alif
dan nun (اَنِ - ) di akhir kata pada nominatif, serta yā dan nūn
(يْنِ-) pada
kasus akusatif dan genitif, seperti: baḥrun “laut” – baḥrāni
(nominatif) - baḥraini (akusatif dan genitif); allażī “yang
(merujuk pada laki-laki)” – allażāni – allażaini; allatī
“yang (merujuk pada perempuan)” – allatāni – allatainī; maḥmūdun
- maḥmūdāni - maḥmūdaini; dan lain-lain.
Sedangkan jamak[1][1]pada BA mengarah pada
jumlah yang lebih dari dua. Ada dua kategori jamak: pertama, hanya
dengan menambahkan /وْنَ-/ wawu dan nun
atau /اتٌ-/ alif dan ta pada
nominatif, dan /ين-/ yā dan nūn
atau /اتٍ-/ alif dan tā’ pada akusatif
dan genitif; kedua: dengan beberapa pola yang akan di uraikan kemudian.
Kajian ini berusaha
menjelaskan bentuk-bentuk jamak dan pembagiannya, namun bentuk jamak tidak
dapat dilepaskan dari bentuk tunggal dan duanya. Proses terbentuknya sebuah
kata hingga jamak dalam bahasa Arab yaitu:
Mufrād ( kitābu ) → Muṡannā ( kitabāni )
→ jama’ ( kutubun )
Pada
contoh di atas, kata kitābu ‘buku’ menunjukkan kata benda tunggal, kitabāni
‘dua buku’ menunjukkan kata benda dual, dan kutubun ‘tiga buku atau
lebih’ menunjukkan kata benda jamak/berjumlah banyak.
Jamak
pada bahasa Arab adalah isim yang
bermakna lebih dari dua dan berfungsi merubah wazan kata. Pembentuk jamak, ada yang hanya
memanfaatkan penanda imbuhan dengan menambahkan akhiran
pada kata tanpa merubah bentuk asalnya, namun ada pula yang merubah total
bentuk asalnya dengan pola-pola tertentu. Kasus jamak dalam bahasa Arab memang
agak rumit untuk mengingatnya, karena kebanyakan kata jamak memiliki bentuk tak
beraturan, meskipun sudah ada rumusan pola-pola pembentukannya.
Sebagaimana yang telah
disinggung di atas bahwa dalam struktur bahasa Arab mengenal tiga kategori
jumlah, yaitu tunggal, dua dan jamak. Kategori jumlah yang akan diuraikan
berupa kategori jumlah yang terdapat pada nomina, yaitu: Mufrad
(tunggal), Isim Mufrad adalah bentuk kata benda tunggal, misalnya: hayawānu
“binatang” – muslimu “seorang muslim” – kitābu “buku” –
qalamu “pena”; isim muṡanna adalah kata benda bermakna dua
yang ditandai dengan akhiranاَنِ - /āni/ pada nominatif
(rafa’) misalnya: kitabāni “dua buku”, qalamāni “dua pena”, muslimāni
“dua orang muslim”, dan يْنِ- /īna/ pada akusatif
(nasb), dan genitif (jar) seperti: ‘ala al-muslimaini “dua
orang muslim”; jamak pada BA menunjukkan isim yang berjumlah tiga atau
lebih.
Bentuk jamak dalam
bahasa Arab ada dua macam, yakni jama’ sālim dan jama’ taksir.
Jamak sālim adalah sebuah bentuk jamak yang telah memiliki kaidah baku, mudah
dihafal, dan tidak menyulitkan para pembelajar bahasa Arab. Jamak sālim dibagi
lagi menjadi dua jenis. Pertama, jama’ mużakkar sālim, dan kedua,
jama’ muannaṡ sālim. Jama’ mużakkar sālim sering disebut
dengan masculine sound plural, sementara jama’ muannaṡ sālim
sering disebut dengan feminin sound
plural. Sedangkan jama’ taksir disebut juga dengan the broken
plural.
1.
Jama’
Sālim
Jama’
sālim adalah jamak yang memiliki bentuk baku, penamaan sālim berdasarkan
pola (wazan), karena pola pada jama’ sālim tidak berubah, hanya
ditambahkan waw dan nūn /وْنَ-/ atau alif dan tā’ /اتٌ-/ pada
nominatif, dan yā dan nūn /ين-/ atau alif dan tā’ /اتٍ-/ pada
akusatif dan genitif.
Berdasarkan
jenis (feminin dan maskulin) Jama’ sālim dibagi menjadi dua: (1) jamak
mużakkar sālim (bergender maskulin); (2) jamak muannaṡ
sālim (bergender feminin).
1) Jama’ mużakkar sālim (جمع مذكر سالم)
Jama’
mużakkar sālim
adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang lebih dari dua pada jenis mużakkar
(maskulin), pembentukan jamak ini dengan menambahkan waw dan nūn /وْنَ-/ pada wazan kata dalam kasus marfu’/nominatif,
seperti: ta’iba al-lā’ibūn “para pemain itu telah lelah”; dengan
menambahkan yā dan nūn /ين-/ -īna dalam wazan (pola) pada kasus mansūb/akusatif
dan majrūr/genitif, seperti pada: akrim al-mujtahidīn
“muliakanlah para mujtahid”, dalam kasus akusatif; dan nusallimu ‘alā
al-musāfirīn “kami memberi salam kepada para musafir”, dalam kasus genitif.
Syarat
terbentuknya jamak ini adalah:
1) Isim yang berupa nama untuk mużakkar
yang berakal, dengan syarat konsonan akhirnya bukan /tā’/ (tā’ ta’niṡ)
seperti pada nama: hamzah, dan tidak murakkab (tersusun dari dua
kata) seperti ‘abdu ar-rahmān; misalnya: Ahmad, sa’īd, dan
khālid.
2) Isim Sifat bagi mużakkar yang berakal,
dengan syarat konsonan akhirnya bukan /tā’/ (tā’ ta’niṡ), seperti
ālim “orang yang mengetahui/orang yang berilmu”, kātib
“sekretaris”; namun kata tersebut memungkinkan dimasuki tā’ ta’niṡ,
sehingga menjadi ālimah dan kātibah. Isim tafḍil (kata yang
bermakna menyatakan lebih), seperti afḍal ”lebih utama”, dan akmāl
“lebih sempurna”; kedua kata tersebut tidak terdapat tā’ namun tidak
boleh dijamakkan. Isim sifat yang tidak terdapat tā’, ada dua
kemungkinan bentuk, yaitu pada kata itu bisa dimasuki tā’, atau tidak
bisa dimasuki tā’ karena berupa isim tafḍil, namun isim sifat
yang tidak bisa dimasuki ta dan juga bukan isim taḍfil, kata tersebut
mutlak tidak boleh dijamakkan, seperti kata: aḥmar “yang merah”, ṣabūr
“yang sabar”, dan qatīl “yang dibunuh”.
2) Jama’ muannaṡ sālim (جمع مؤنث سالم)
Jama’ muannaṡ sālim adalah nomina (isim) yang menunjukkan sesuatu yang lebih dari dua, dan
menunjukkan gender feminin, pembentukan jamak ini dengan menambahkan alif dan
tā’ (berharakat marfu’) /اتٌ-/
pada wazan kata dengan kasus marfu’/nominatif, seperti: haḍarat
al-fāṭimātu “Fatimah-fatimah itu telah hadir”; dan menambahkan alif dan tā’
(berharakat kasrah) /اتٍ-/ pada wazan dalam
kasus akusatif saqaitu asy-syajarāti “saya telah menyirami pepohonan”,
dan dalam kasus genitif seperti: jalastu ba’īdan ‘an al-baqarāti “saya
telah duduk jauh dari sapi-sapi betina itu.”
2. Jama’ at-taksīr
Jamak taksir sebagaimana jamak sālim, yaitu isim
yang menunjukkan sesuatu yang lebih dari dua disertai dengan perubahan pola (wazan)
pada bentuk kata tunggalnya. Dengan demikian jamak
ini disebut juga dengan the broken plural (jamak yang telah rusak),
karena terjadi perubahan pola dari bentuk kata tunggalnya. Misalnya:
rajulun (I)→ rajulāni
(II)→ rijālun ِ(III)
Rajulun “seorang laki-laki” merupakan bentuk mufrad, rajulāni
“dua orang laki-laki” bentuk muṡanna, dan rijālun “laki-laki
(lebih dari dua)” adalah bentuk jamak.
Jamak Taksir terbagi menjadi dua bagian
ينقسم جمع التكسير الي قسمين :
جمع قلة و جمع كثرة.
1.
جمع القلة : هو ما دل علي ثلاثة فما فوقها الي العشرة.
2.
جمع الكثرة : هو ما دل علي ما فوق العشرة الي غير نهاية, او ما دل علي ما فوق
الثلاثة الي غير نهاية علي مذهب اخر.
Terdapat beberapa pola umum dalam pembentukan jamak taksir, yaitu sebagai
berikut:
1. Pola Jamak Taksir Qillah
الأمثلة
|
الوزن
|
نفس : انفس
ذراع : اذرع
|
افعل (بفتح فسكون فضم)
|
سيف : اسياف, و عنق : اعناق, وقفل :
اقفل.
|
أفعال
|
طعام: اطعمة, ورغيف : ارغفة
|
أفعلة
|
فتى : فتية, وشيخ : شيخة
|
فعلة(بكسر فسكون ففتح) وهو سماعي
|
2. Pola Jamak Taksir Katsroh
الأمثلة
|
الوزن
|
خُضْرٌ
|
فُعْلٌ
|
ذُرُعٌ
|
فُعُلٌ
|
لُجَجٌ
|
فُعَلٌ
|
نِقَمٌ
|
فِعَلٌ
|
قُضاةٌ
|
فُعَلَةٌ
|
قتلة
|
فَعَلَةٌ
|
عُذّلٌ
|
فُعَّلٌ
|
كُتّلب
|
فُعّال
|
رِقاب
|
فِعال
|
قُلوب
|
فُعُول
|
غِربان
|
فِعلان
|
عَبدان
|
فَعلان
|
جُلساء
|
فُعلاء
|
أشداء
|
أفعال
|
3.
Persamaan Pola Kata Jamak
Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Berdasarkan pola- pola kata jamak yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka dapat dianalisis perbedaan- perbedaan pola tersebut dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Arab.
Persamaan pola jamak dalam bahasa Indonesia dan
bahasa arab adalah sebagai berikut:
1.
Jamak dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Arab sama-sama memiliki beberapa pola atau bentuk
2.
Satu kata dapat memilki lebih dari
satu pola jamak, seperti baju- baju, beberapa baju dan semua baju. Dalam bahasa
arab seperti نفوس
dan
أنفس.
Keduanya memilki leksem atau kata yang langsung bermakna jamak. Sedangkan dalam
bahasa Indonesia terdapat leksem yang langsung bermakna jamak, seperti :
masyarakat, publik, الإنسان
4.
Perbedaan Pola Kata Jamak
Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Berdasarkan
pola- pola kata jamak yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dianalisis
perbedaan- perbedaan pola tersebut dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
Perbedaan
pola jamak dalam bahasa Indonesia dan bahasa arab adalah sebagai berikut:
1.
Dalam bahasa arab tidak ada konsep
pengulangan kata, sedangkan dalam bahasa Indonesia terdapat pola jamak dengan
pengulangan katanya, seperti buku-buku.
2.
Dalam bahasa Indonesia tidak ada pola gender (muannas dan muzakkar)
seperti dalam bahasa arab, yaitu jamak
muzakkar salim (المسلمون) dan dalam jamak muannas
salim ( المسلمات)
3.
Dalam bahasa Arab pola jamaknya baku dan banyak
sehingga harus dihapal
sedangkan dalam bahasa Indonesia pola jamaknya tidak baku.
Dalam
bahasa arab terdapat perbedaan pola jamak sesuai kuantitasnya yaitu jamak
taksir qillah dan katsroh.
5.
Kesulitan Siswa dalam
Masalah Pola Kata Jamak Bahasa Indonesia
dan Bahasa Arab
Dalam pemerolehan dan
pembelajaran bahasa kedua, terutama dalam membuat sebuah kalimat, siswa sering
menghadapi kesulitan dan kesalahan. Siswa pun mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan perubahan
kata jamak dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa arab. Berikut adalah beberapa kesulitan yang
dialami siswa saat proses pembelajaran :
1.
Siswa pada saat
menggunakan bahasa kedua dituntut untuk menggunakan konsep bahasa kedua, maka
mengakibatkan kesalahan dan kesulitan dalam berbahasa, akibat unsur-unsur
kebahasaan itu tidak terdapat dalam bahasa pertama.
2.
Siswa
sulit mengahapal pola jamak dalam bahasa Arab
6.
Solusi Kesulitan Siswa
dalam Masalah Pola Kata Jamak Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Setiap
masalah membutuhkan solusi untuk menyelesaikan. Berikut adalah beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah siswa dalam penggunaan pola
jamak bahasa Indonesia dan Bahasa Arab :
1.
Guru dapat mengaplikasikan metode
mind mapping untuk memudahkan siswa menguasai pola- pola jamak
2.
Guru mewajibkan siswa untuk
menghapal pola- pola jamak
KESIMPULAN
Tarigan mengemukakan bahwa Analisis Kontrastif
(Contrastive Analysis), selanjutnya digunakan istilah anakon, merupakan
kegiatan pembandingan dua struktur dua bahasa–bahasa pertama (B1) dan bahasa
kedua (B2) – untuk menemukan perbedaan-perbedaan yang ada pada kedua bahasa
tersebut. Hasil perbedaan yang diperoleh
dapat dijadikan dasar untuk memprediksi kesulitan belajar bahasa terutama
bahasa kedua (B2).Oleh karena itu, analisis kontrastif dapat dijadikan solusi
alternatifdalam pengajaran bahasa kedua, dengan melakukan analisis kontrastif,
guru dapat mengetahui kesulitan dan kesalahan siswa dalam berbahasa.
Morfologi atau tata kata adalah cabang ilmu
bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kata. Morfologi mengkaji
seluk-beluk morfem, bagaimana mengenali sebuah morfem, dan bagaimana morfem
berproses membentuk kata.
Terdapat beberapa pola jamak dalam bahasa
Indonesia yaitu, pengulangan kata, penambahan kata bilangan, penambahan kata
bantu jamak, dan kata ganti orang. Dalam bahasa
Indonesia terdapat leksem atau kata yang langsung bermakna jamak seperti,
masyarakat, publik dan lain-lain.
Bahasa arab merupakan
bahasa yang memiliki struktur yang sangat kompleks, dibuktikan dengan struktur
bahasa ini memuat beberapa kategori-kategori infleksional seperti jumlah,
gender, dan kasus untuk kelas nomina, sedangkan jumlah, gender, kala, modus dan
aspek untuk kelas verba.
Pada kategori jumlah dalam bahasa Arab,
terdapat dua jenis: yaitu jamak sālim dan jamak taksir. Jamak sālim dibedakan
menjadi dua berdasarkan gender maskulin di sebut juga dengan Jama’ mużakkar
sālim dan berdasarkan gender feminin disebut juga dengan jama’ muannaṡ
sālim. Jama’ sālim memiliki keteraturan dalam pembentukannya dengan
menambahkan imbuhan di akhir kata, sedangkan jama’ taksir memiliki
pola-pola yang beragam dalam pembentukannya.
Pola jamak bahasa Indonesia dan bahasa
Arab memilki perbedaan yang banyak sehingga siswa mengalami kesulitan dan
kesalahan dalam menerjemahkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul .Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.2007
Herniti,
Ening. Konsep Jamak dalam Bahasa Indonesia. Di akses 23 April 2017. http://eningherniti.blogspot.com/2010/07/konsep-jamak-dalam-bahasa-indonesia.html
Ismail, Moh. (Pengalih
Bahasa). 1991. An-Nahwul Wadlih Tata Bahasa Arab. Surabaya: Putra
Al-Ma’arif.
Muin, M.
A. , Drs. Abdul . Analisis Konstrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka Alhusna Baru. 2004
Nababan, Sri Utari
Subyakto. Analisis Kontrastif dan Kesalahan Suatu Kajian dari Sudut Pandang
Guru Bahasa. Jakarta 1994
مختصر الصرف - عبد الهادي الفضلي
Tarigan, Henry
Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif
Bahasa. Bandung: Angkasa, 2009
[1][1] Disini akan digunakan dua kata jamak: (1)
jama’: merupakan transliterasi dari bahasa Arab (جمع); (2) jamak: kata serapan yang telah
mengalami penyesuaian ejaan yang bermakna bentuk kata yg menyatakan lebih dr
satu atau banyak: “siswa-siswa” atau “para siswa” adalah bentuk -- dr kata
“siswa” (KBBI Online), dan makna pada bahasa Indonesianya serupa dengan
kata jamak pada bahasa aslinya (bahasa Arab).
Komentar
Posting Komentar