MARSIN (ANALISIS KONTRANSTIF MIKROLINGUISTIK KALIMAT PENGANDAIAN DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA INDONESIA)
ANALISIS KONTRANSTIF
MIKROLINGUISTIK KALIMAT PENGANDAIAN DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA INDONESIA
Universitas
Negeri Jakarta, Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa
Jl. Rawamangun
Muka, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13220
MARSIN
Abstract
In this study try to discuss about
the causes of learning difficulties in understanding the grammar, especially
conditional sentence in English as a foreign language with comparison of
modalities in the Indonesian language as the first language. This research uses
microlinguistic analysis in terms of syntax, which will be studied about the
differences and the equation of the use of sentence presuppositions in
Indonesian as the first language with English as the second language. The focus
of this study is on the level of equation and comparison of conditional
sentences in English and Indonesia. The goal is to describe the level of
equation and comparison of sentences presupposition in English and Indonesian
language in teaching English in the classroom.
Keywords;
Constants, modalities, microlinguistics, and syntax.
Abstrak
Dalam penelitian ini coba dibahas tentang penyebab kesulitan belajar dalam memahami tata bahasa, khususnya
pengandaian atau conditional sentence dalam bahasa
Inggris sebagai bahasa asing dengan perbandingan pengandaian di dalam bahasa Indonesia
sebagai bahasa pertama. Penelitian ini menggunakan analisis mikrolinguistik dari segi sintaksis, dimana akan
dikaji tentang perbedaan dan persamaan pengunaan kalimat pengandaian dalam
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dengan bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua. Fokus kajian penelitian ini adalah tentang tingkat persamaan dan perbandingan
kalimat pengandaian pada bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Tujuannya untuk
mendeskripsikan tingkat persamaan
dan perbandingan
kalimat pengandaian dalam bahasa Inggris dan bahasa indonesia
dalam pengajaran bahasa inggris di kelas.
Kata
kunci; konstastif, pengandaian, mikrolinguistik, dan sintaksis.
PENDAHULUAN
Analisis kontrastif adalah analisa
yang digunakan dalam mencari suatu perbedaan yang sering membuat pembelajar
bahasa kedua mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi bahasa. Kridalaksana
menyatakan bahwa analisis kontrastif adalah metode sinkronis dalam analisis
bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau
dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan untuk masalah yang
praktis, seperti pengajaran bahasa dan penerjemahan. Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktikkan
sebagai suatu aplikasi linguistik struktural pada pengajaran bahasa. Oleh
karena itu,analisis kontrastif dapat dipakai untuk mengatasi
kesukaran-kesukaran yang utama dalam belajar bahasa asing, dapat memprediksi
adanya kesukaran kesukaran sehingga efek-efek interferensi dari bahasa pertama
dapat dikurangi.
Berdasarkan pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa
analisis kontrastif adalah pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan
teknik perbandingan antara bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2) atau
bahasa yang sedang dipelajari sehingga guru dapat meramalkan kesalahan siswa
dan siswa segera tahu kemudian dapat menguasai bahasa yang bukan bahasa yang
sedang dipelajari.
Dalam proses analisis kontrastif ada dua prinsip yang
harus kita ketahui dalam membandingkan bahasa pertama dan bahasa kedua, dimana
membandingkan bahasanya hanya dalam pola-pola tertentu dan bukan melakukan
perbandingan secara keseluruhan.
Pada prinsip pertama kita tidak dapat membandingkan cara
kerja sejumlah bahasa sebelum kita memeriksa cara kerja
masing–masing bahasa itu. Jika kita ingin menggunakan bahasa pertama sebagai
bahan perbandingan dalam mempelajari bahasa kedua atau asing, kita tidak cukup hanya bisa berbahasapertama tetapi
kita juga harus menguasai bahasa yang akan kita bandingkan itu.Karena tidak akan mungkin kita dapat membandingkan suatu
bahasa tanpa kita memahami bahasa yang akan kita bandingkan.
Pada prinsip kedua, kita tidak dapat membandingkan bahasa secara keseluruhan seperti, perbandingan
keseluruhan bahasa Indonesia
dengan bahasa Inggris. Yang dapat diperbandingkan adalah salah satu atau
beberapa unsur atau pola yang terdapat pada masing-masing bahasa saja, seperti analisis kontranstifpengandaian yangada dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Dalam setiap melakukan analisi kontrastif atau perbandingan kita harus mengikuti tiga tahapan berikut
ini:
a. Mendeskripsikan ciri-ciri yang akan diperbandingkan dari
masing-masing bahasa, yaitu memaparkan pokok bahasan secara menyeluruh yang
mencakup hal arti, fungsi dan atribut dari
ciri-ciri tersebut.
b. Memastikan
bahwa ciri-ciri tersebut dapat dibandingkan. Untuk itu sebelumnya harus dapat
diperlihatkan padanan kontekstualnya yang memungkinkan ciri itu dapat
dibandingkan. Tetapi bila padanan struktur itu tidak muncul dalam terjemahan
maka ciri-ciri itu tidak perlu diperbandingkan.
c. Setelah ciri-ciri yang akan diperbandingkan dipaparkan
atau dideskripsikan dan telah jelas bahwa ciri itu dapat diperbandingkan maka
langkah selanjutnya adalah membandingkan ciri-ciri dari kedua bahasa itu dengan
melihat persamaan dan perbedaan didalamnya.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
analisis konstrastif. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
kalimat pengandaian dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Penelitian ini
dulakukan dengan mencari sumber teori mengenai pengandaian dalam bahasa Inggris
dan pengandaian dalam bahasa Indonesia.
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian sederhana ini menggunakan data substantive yang merupakan data yang
merupakan turunan yang dipilij karena dipandang mewakili.
Kalimat
Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Bahasa
merupakan alat yang mempunyai tujuan dan fungsi yakni untuk menyapaikan pesan
dengan orang lain, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Ir. Jujun S
yang mengemukakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai
dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan
alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dalam pembentukannya sendiri bahasa memiliki tujuan dan
maksud tertentu, seperti ketika seseorang ingin menyampaikan masksud tentang
suatu keadaan yang mungkin akan terjadi atau tidak, maka mereka membutuhkan
suatu pola khusus dalam membentuk dan mengutarakannya sehingga dapat diterima
dengan baik maksud dan tujuan oleh lawan bicaranya. Salah satunya membentuk
kalimat pengandaian dalam suatu bahasa, kalimat pengandaian sendiri dapat
diartikan sebagai kalimat yang digunakan untuk merujuk pada suatu kejadian yang
mungkin bisa saja terjadi atau tidak akan terjadi baik dalam waktu lampau,
sekarang ataupun masa depan. Ada tiga sebab yang membuat kita membuat atau
mengutarakan kalimat pengandaian. Pertama, keinginan atau harapan yang
ingin tercapai. Kedua, keinginan yang tidak terjadi karena sesuatu. Ketiga,
penyesalan terhadap sesuatu yang telah terjadi.
Kalimat pengandaian memang memiliki peran penting dalam komunikasi,
kalimat ini tidak hanya ada dalam bahasa Indonesia saja, tetapi juga ada dalam
bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia kalimat pengandaian dapat dibentuk atau
dibuat dengan mengunakan kata khusus. Menurut Gorys Keraf, pengandaian dalam
bahasa Indonesia ditandai dengan adanya kata penghubung atau conjunction
yaitu jika, andaikata, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, danseandainya.
Kita dapat membentuk kalimat pengandaian dengan menggunakan kata tersebut baik
digunakan untuk merujuk pada waktu lampau, sekarang dan masa yang akan datang.
Sedangkan dalam bahasa Inggris kalimat pengandaian
dikenal dengan sebuatanConditional Sentence dan untuk membentuknya
dibutuhkan kata If. Selain itu dalam bahasa Inggris, kalimat
pengandaian atau disebut juga dengan Conditional Sentence memiliki tiga pola
bentuk, yaitu 1) pengandaian yang digunakan untuk kejadian benar pada masa kini
atau masa yang akan datang, 2) pengandaian yang tidak benar di masa kini atau
masa datang, 3) pengandaian yang tidak benar di masa lalu dan penggunaan
pengandaian ini memiliki penggunaan dan syarat-syarat tertentu. Jadi untuk
membentuk kalimat pengandaian haruslah sesuai dengan rujukan waktu yang akan
dituju dalam pengucapanya karena jika tidak maka kalimat tersebut tidak tepat
atau benar secara pola pembentukan kalimat pengandaian bahasa Inggris. Baik
kalimat pengandaian bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, keduanya memiliki
fungsi yang sama dalam proses pembelajaran dan komunikasi dalam berbahasa,
walaupun bentuk dan pola pembentukanya terdapat perbedaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalan
hal pembahasan, peneliti membagi menjadi dua yaitu; pembahasan pengandaian
dalam bahasa inggris dan pengandaian dalam bahasa Indonesia.
Pembentukan Kalimat Pengandaian dalam Bahasa Inggris
Dalam Bahasa Inggris, pembentukan kalimat pengandaian atau disebut juga dengan Conditional
Sentence memiliki
beberapa pola aturan yang harus diikuti untuk dapat membentuk kalimat
pengandaian yang baik dan benar. Ada tiga pola aturan dalam membuat kalimat
pengandaian yang meliputi:
1. True in the Present or Future. (Pengandaian yang diguanakan untuk kejadian benar
pada waktu sekarang dan masa yang akan datang)
2. Untrue in the Present or Future.( Pengandaian yang digunakan untuk kejadian tidak benar
atau berlawanan dengan kenyataan pada waktu sekarang dan masa yang akan datang)
3. Untrue in the Past. (Pengandaian
yang tidak benar atau berlawanan dengan kenyataan pada masa lalu)
Bentuk dan contoh conditional sentence:
1.
True
in the Present or Future
Bentuk conditional sentences ini digunakan
untuk mengekspresikan pengandaian dengan harapan yang dikatakan oleh si
pembicara mungkin terjadi untuk masa sekarang ataupun akan datang.
Formula:
Bentuk dari “IF CLAUSE”
(klausa pengandaian)
|
Bentuk dari “RESULT CLAUSE” (klausa akibat)
|
Contoh Kalimat
|
|
Simple Present Tense
|
If I have enough money, I buy a new car.
If I have enough money tomorrow, I will buy a
new car.
|
Perhatikan Contoh Kalimat berikut
v IF CLAUSE (Simple Present Tense) –
RESULT CLAUSE (Simple Present Tense)
If I don’t eat breakfast, I always get hungry
during class.
(Artinya: Jika saya tidak sarapan, saya selalu merasa
lapar selama pelajaran di kelas)
Pada contoh kalimat di atas, RESULT CLAUSE menggunakan Simple
Present Tense, fungsinya untuk mengekspresikan aktivitas yang sudah
menjadi kebiasaan atau situasi.
|
Makna pada kalimat di atas, si pembicara merasa yakin
bahwa dia terbiasa merasa lapar jika dia tidak sarapan sebelum berangkat ke
sekolah.
|
v IF CLAUSE (Simple Present Tense) –
RESULT CLAUSE (Simple Future Tense)
If I don’t eat breakfast tomorrow, I will get hungry
during class.
(Artinya: Jika saya tidak sarapan besok, saya akan
merasa lapar selama pelajaran di kelas)
Pada contoh kalimat di atas, RESULT CLAUSE menggunakan Simple
Future Tense, fungsinya untuk mengekspresikan bahwa kalimat tersebut
menyangkut aktivitas tertentu atau situasi di masa yang akan datang.
|
Makna pada kalimat di atas, si pembicara mengetahui
bahwa dia akan merasa lapar jika besok dia tidak sarapan sebelum berangkat ke
sekolah.
|
CATATAN:
Baik Simple Present Tense ataupun Simple
Future digunakan sebagai RESULT CLAUSE (klausa
akibat) adalah untuk mengekspresikan suatu ketetapan atau suatu fakta yang
dapat diprediksi.
Contoh lain:
If I’m not busy, I come to your party.
If the weather is nice tomorrow, we will go on a picnic.
2.
Untrue
in the Present or Future
Bentuk conditional sentences ini digunakan apabila kita ingin
menghayalkan sesuatu keadaan yang bertentangan dengan kenyataan yang ada saat
ini dan masa yang akan datang.
Dalam hal ini sikap pembicara agak pesimis karena kemungkinan terjadinya
perbuatan tersebut hanya sedikit.
Formula:
Bentuk dari “IF CLAUSE”
(klausa pengandaian)
|
Bentuk dari “RESULT CLAUSE” (klausa akibat)
|
Contoh Kalimat
|
|
Would + VERB 1
|
If I had enough money, I would buy a new
car.
(in truth, I do not have enough money, so I
will not buy a new car.)
(Kenyataannya, saya tidak punya cukup uang, jadi saya
tidak akan membeli mobil baru.)
|
Perhatikan Contoh Kalimat berikut!
v IF CLAUSE (Simple Past Tense) –
RESULT CLAUSE (Would + VERB 1)
If I taught this class, I would not give tests.
(Artinya: Jika saya mengajar kelas ini, saya tidak
akan memberikan tes)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, si pembicara
tidak mengajar kelas tersebut.
|
If Sam were here right now, he would help us.
(Artinya: jika Sam ada disini sekarang, dia akan
menolong kita)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, Sam tidak ada
disana sekarang.
|
If I were you, I would accept this
invitation.
(Artinya: Jika saya menjadi kamu, saya akan menerima
undangan ini)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, saya bukan
kamu.
|
CATATAN:
Apabila klausa pengandaian (IF CLAUSE) dinyatakandengan to
be, maka yang digunakanadalah “were” untuksemuajenis subject.
3.
Untrue
in the Past
Bentuk conditional sentences inidigunakan apa bila kita ingin
membayangkan suatu kemungkinan lain dari suatu perbuatan atau peristiwa yang
telah terjadi dimasa lampau. Atau dapat dikatakan bahwa bentuk ini dapat
digunakan untuk menyatakan suatu keadaan atau peristiwa yang berlawanan dengan
kenyataan yang sebenarnya dimasa lampau. Sikap pembicara dalam hal ini sangat
menyesal terhadap perbuatan yang telah terjadi.
Formula:
Bentuk dari “IF CLAUSE”
(klaus` pengandaian)
|
Bentuk dari “RESULT CLAUSE”
(klausa akibat)
|
Contoh Kalimat
|
|
Would have + VERB 3
|
If I had had enough money, Iwould have bought a
new car yesterday.
(in truth, I did not have enough money, so I
did not buy a new car yesterday.)
(Kenyataannya, saya tidak punya cukup uang, jadi saya
tidak membeli mobil baru kemarin.)
|
Perhatikan Contoh Kalimat berikut!
v IF CLAUSE (Past Perfect Tense) –
RESULT CLAUSE ( Woul have + VERB 3)
If they had studied, they would have passed the exam.
(Artinya: jika mereka sudah belajar, mereka akan sudah
lulus ujian)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, mereka tidak
belajar sebelumnya, dan mereka gagal atau tidak lulus dalam ujian.
|
If I had called sarah, she would have come here.
(Artinya: Jika saya sudah menelpon sarah, dia akan
sudah datang kesini)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, saya tidak
menelpon sarah sebelumnya, dan sarah tidak datang kesini.
|
A.
Pembentukan
Pengandaian dalam Bahasa Indonesia
Proses pembentukan kalimat pengandaian dalam bahasa
Indonesia hanya mengacu pada pengunanan kata penghubung antara kalimat pertama
dan kedua.Pengandaian dalam bahasa Indonesia ditandai dengan adanya kata
penghubung yaitu kata jika, andaikata, asal, asalkan, jikalau,
sekiranya, dan seandainya. Namun secara makna, terdapat
dua pemaknaan pengandaian di dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1. Pengandaian mempunyai makna
syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti. Secara jelas
hubungan ini ditandai dengan kata penghubung jika, apabila, kalau,
asalkan, asal, manakala dan jikalau.
Perhatikan Contoh Kalimat berikut
v Daerah kampung pulo itu tentu tergenang
air, apabila hujan turun dengan intensitas sangat lebat
disana.
Pada contoh diatas, kalimat tersebut terdiri dari dua
klausa yakni, 1) Daerah kampung pulo itu tentu tegenang air ,
2) hujan turun dengan intenstitas sangat lebat disana. Klausa 2
merupakan klausa bawahan yang menyatakan ‘syarat’ bagi terlaksananya
apa yang tersebut pada klausa inti.
|
Makna pada kalimat di atas merujuk bahwa hujan dengan
intesitas lebat menyebabkan daerah kampung pulo akan tergenang air/banjir.
|
2. Hubungan makna persyaratan
sebagai pengandaian terjadi apabila klausa bawahan menyatakan suatu andaian,
suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi klausa inti sehingga apa yang
dinyatakan oleh klausa inti juga tidak mungkin terlaksana. Pengandaian ini
ditandai dengan adanya kata-kata seperti jika, andaikata, asal,
asalkan, jikalau, sekiranya, dan seandainya andaikan,
sekiranya, dan seumpama.
Perhatikan Contoh Kalimat berikut
v Andaikata Nazarudin tidak
melaporke pengadilan, tentu perkara Hambalang ini tidak akan disidangkan
dan Menpora Andi Malaranggeng tidak menjadi tersangka.
Pada contoh diatas, kalimat tersebut terdiri dari tiga
klausa yakni, 1) Nazarudin tidak melapor kepengadilan, 2) tentu
perkara hambalang tidak akan disidangkan, 3) Menpora Andi
Malaranggeng tidak menjadi tersangka. Klausa 2 dan 3 merupakan
klausa bawahan yang menyatakan suatu andaian dari klausa inti, dan pengadaian
itu tidak akan mungkin terjadi dalam klausa inti.
|
Makna pada kalimat di atas, si pembicara merasa yakin
bahwa dia terbiasa merasa lapar jika dia tidak sarapan sebelum berangkat ke
sekolah.
|
Secara fungsional andaikata sama dengan
kata penghubung kalau danjika, tetapi secara semantik
berbeda. Kalau dan jika menyatakan syarat
yang harus dipenuhi sedangkan andaikata menyatakan syarat yang
diandaikan dan tidak selalu dipenuhi. Secara agak bebas dapat digunakan kata
penghubungandaikan dan seandainya dengan fungsi
dan arti yang sama dengan kata penghubung andaikata. Berdasarkan
pemaparan diatas dapat disimpulakan bahwa dalam membetuk kalimat pengandaian
hanya tertuju pada penggunaan kata andaikan, andaikata, seandainya,
sekiranya, dan seumpama.
Analisa Kontrastif Pengandaian Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris
Setelah dipapar proses pembentukan kalimat pengandaian
baik dari segi bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dimana secara struktural kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah
terdapat pada kata-kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian
sedangkan perbedaannya adalah dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dua pemaknaan pengandaian
dan terpusat hanya dengan
kata-kata khusus saja, sedangkan dalam
bahasa Inggris terdapat tiga macam pengandaian yang sangat bergantung pada
waktu pengucapan.
1.
Persamaan
Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Dalam pembuatan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia, baiksecara kaidah dan tata bahasa Indonesia yang benar hanya terpusat denganmenggunakan kata-kata jika, seandainya, andaikata, jikalau,
sekiranya, asalkan, apabila, dan manakala dll.
Dalam bahasa Inggris kata-kata di atas hanya ditandai dengan adanya kata ’if’ yang
memiliki arti yang sama dengan kata ’jika’ atau ’seandainya’. Jadi terdapat
persamaan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yaitu
dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian ini, dalam
bahasa Indonesia menggunakan jika, seandainya, seumpama, dan apabila, sedangkan
dalam bahasa Inggris menggunakan kata’if’ dalam membuat kalimat pengandaian.
2.
Perbedaan
Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Terdapat perbedaan pola pembentukan kalimat pengandaian
bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Dimana perbedaan itu terjadi ketika
pembentukan kalimat tersebut berhubungan dengan masalah waktu. Dalam bahasa
Indonesia, tidak mengenal adanya waktu pemakaian, semuanya sama meskipun
digunakan dalam masa lalu, masa kini, maupun masa depan. tidak terdapat adanya
perubahan dalam kata kerjanya. Jika terjadi perubahan waktu maka kalimat
pengandaiannya akan ditambahkan kata keterangan waktu seperti kemarin, hari ini
maupun besok. Berbeda dengan bahas Inggris yang memiliki tiga pola pembentukan
kalimat pengandaian dengan mengaitkan dengan konteks waktunya.
Perbedaannya tersebut dapat dilihat dengan contoh
berikut ini:
Bahasa Indonesia
Jikalau saya dapat lulus dari SMA tahun depan,
saya akan melanjutkan pelajaran ke fakultas sastra.
|
Bahasa Inggris
If I graduate from senior high school next
year, I will continue my study to literature faculty.
|
Jika waktu pengucapannya diubah pada masa lalu maka
terjadi perubahan pada kalimatnya, menjadi:
Bahasa Indonesia
Jikalau saya dapat lulus dari SMA tahun lalu,
saya akan melanjutkan pelajaran ke Fakultas Sastra.
|
Bahasa Inggris
If I graduate from senior high school next
year, I will continue my study to literature faculty.
|
Dengan contoh diatas terlihat bahwa terdapat perbedaan
dalam menggunakan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan dalam Bahasa
Inggris.
Perubahan yang terjadi adalah perubahan kata kerja yaitu:
Lulus tahun depan : graduate
Lulus tahun lalu :
graduated
Perubahan yang kedua adalah adanya perubahan will (masa
depan) menjadi would (masa lalu).
KESIMPULAN
Setiap bahasa baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris pasti memiliki kesamaan tujuan serta fungsi
dari bahasa itu sendiri,seperti dalam kajian penelitian ini yakni tentang
kalimat pengandaian. Kalimat pengandaian sendiri digunakan untuk mengutarakan suatu
kejadian benar akan terjadi dan yang tidak akan terjadi dalam kenyataannya.
Setelah dianalisis dan dicari persamaan dan
perbedaan dalam kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris, ditemukan dan dibahas bahwa persamaan baik secara
struktur dan makna kedua bahasa.Secara
struktural terdapat persamaan kalimat pengandaian dalam Bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris yaitu dengan adanya kata khusus yang
digunakan dalam kalimat pengandaian, dalam bahasa
Indonesia untuk membentuk
kalimat pengandaian haruslah menggunakan kata seperti jika, seandainya, seumpama, dan apabila, dll sedangkan
dalam bahasa Inggris menggunakan bentuk kata ‘if’dalam membuat
kalimat pengandaian ini.
Sedangkan bila dari segi perbedaannya antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yakni, dalam bahasa Indonesia tidak mengenal
perbedaan waktu pengucapan dalam
membuat kalimat pengandaian,kalimat
pengandaian diatas ini diucapkan sama meskipun kalimat ini diucapkan sekarang
(present), masa depan (future), ataupun masa lalu (past). Berbeda dengan bahasa Inggris yang menggunakan tiga pola
pembentukan kalimat pengandaian dalam membentuka nya, jika tidak maka kalimat
pengandaian yang dibuat akan salah, perubahan yang ditekankan dalam bahasa
Inggris melaui bentuk kata kerja dan to be tergantung waktu
yang dirujuknya.
Dengan melakukan analisis kontrastif dalam bentuk kalimat
pengandaian bahasa Indonesia dan bahasa Inggris akan mempermudahkan kita dalam
memprediksi kemungkinan kesalahan-kesalahan yang akan ditimbulkan dalam proses
pembelajaran bahasa kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Azar, Betty
Schrampfer. Understanding and Using English Grammar. (Jakarta: Binarupa Aksara. 1993)
Keraf, Gorys.
Tata Bahasa Indonesia. (Jakarta: Nusa Indah. 1991)
Kridalaksana,
Harimurti. Kamus Linguistik Umum. (Jakarta: Gramedia. 2001)
Tarigan, Henry
Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
1989)
Tarigan, Henry
Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. (Bandung: Angkasa. 2009)
Suriasumantri,
J. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 2009)
Komentar
Posting Komentar