Langsung ke konten utama

Siti Ayu Ningsih (Penggunaan Istilah Binatang dalam Metafora Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)

Penggunaan Istilah Binatang dalam Metafora Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Siti Ayu Ningsih
Pendidikan Bahasa, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indonesia


Second language teaching and learning second languange are not always easy as it seems. There are some differences that will affected to student’s interference relate to language principle from student’s first language. During learning bahasa Indonesia for English speakers as an example, when it comes to them to learn about metaphor the processes are not always easy. However, metaphor might have different meaning consider to culture, history, and social environment depend on where the languages are used. Contrastive analysis study is needed to show the comparison between Indonesian and English metaphor. The result of contrastive analysis study between Indonesian metaphor and English metaphor had shown that there were some similarities and differences meaning in the using of animal in metaphor on both languages compared. This study can be used for pedagogical practice in language education. Teacher of Bahasa Indonesia for English speakers can use this study to help them on teaching Indonesian metaphor. Teachers are suggested to choose the metaphor which has similar meaning to English metaphor before jump to higher level of differences. This means to help the learners get the points of how to understand and use metaphor in daily expression to polish their language skill. When the learners are able to apply Indonesian metaphor when they speak in Bahasa Indonesia in daily expression, they get the points of some Indonesian culture, because however metaphor relate to culture.

Keywords: Contrastive analysis, Bahasa Indonesian, English speaker, Metaphor, Teaching


PENDAHULUAN
Belajar dan mengajarkan bahasa kedua pada penutur asing memiliki tantangan tersendiri. Antara bahasa pembelajar dan bahasa target yang dipelajari pasti memiliki perbedaan-perbedaan prinsip yang akan berdampak pada waktu penguasaan bahasa target bahkan pada kuantitas hasil baik itu dari segi keterampilan, tata bahasa, bahkan intensitas penggunaannya dalam keseharian pembelajar di luar kelas bahasa. Tidak jarang, pembelajar juga mengalami interferensi baik itu negatif maupun positif. Beruntung bagi pembelajar yang bahasa pertamanya memiliki kedekatan atau kesamaan prinsip dengan bahasa targetnya, interferensi negatif akan minim terjadi. Akan tetapi, bagi pembelajar bahasa yang bahasa pertamanya memiliki perbedaan seperti perbedaan penulisan huruf, struktur sintaksis, bahkan perbedaan pada tahap semantik akan menimbulkan interferensi negatif yang tidak dapat terhindarkan serta memerlukan tahapan ekstra dalam mempelajari bahasa target, terlepas dari kaitanya dengan alokasi waktu ataupun tidak.
Penguasaan bahasa target sendiri tidak hanya seputar pada penguasaan di tahap keterampilan praktis seperti menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Lebih dari itu, mempelajari bahasa juga berarti mempelajari kaidah-kaidah kebahasaan dan juga budaya yang terdapat dalam bahasa tersebut. Dalam kaitannya dengan budaya inilah, wawasan semantik dan sosiolinguistik pengajar sangat diperlukan. Tentu wawasan ini bukanlah untuk diajarkan secara teoretik kepada pembelajar bahsa target melainkan untuk membantu pengajar dalam kaitannya dengan tuntutan pedagogis yang diembannya.
Penguasaan budaya yang didapat pembelajar di kelas inilah yang nantinya akan membantu pembelajar dalam berinteraksi dengan penutur asli bahasa target yang dipelajarinya, dalam hal ini bahasa Indonesia. Salah satu keterampilan komponen bahasa yang berkaitan dengan budaya yaitu gaya bahasa, salah satunya metafora. Metafora dapat diterapkan dalam keseharian yang erat kaitannya dengan keterampilan berbicara.
Metafora termasuk dalam salah satu majas perbandingan. Untuk lebih jelasnya, berikut diskemakan pembagian majas dalam bahasa Indonesia:
Majas perbandingan:               asosiasi
                                                metafora
                                                personifikasi
                                                alegori
                                                metonimia
                                                sinekdok
                                                simile

Majas pertentangan:                antitesis
                                                hiperbola
                                                paradoks
                                                litotes

Majas sindiran:                        ironi
                                                sinisme
                                                sarkasme

Majas penegasan:                    pleonasme
                                                repetisi
                                                paralelisme
                                                tautologi
                                                klimaks
antiklimaks
retorik

Metafora  memiliki posisi lebih tinggi dari menjadi salah  satu  jenis  gaya  bahasa. Metafora merupakan  cara  berpikir  manusia.
Linguistik kognitif menjelaskan metafora sebagai suatu kegiatan dimana manusia melibatkan pengalaman-pengalamannya, konsep lain, atau gambar lain untuk menjelaskan  sesuatu. Lakoff  dan Johnson  mendefinisikan  metafora  sebagai  alat  untuk  memahami  sesuatu  yang  dirasa asing  dengan  menggunakan  hal  lain  yang lebih akrab. Adapun metafora yang menggunakan istilah binatang pada umumnya  merupakan  analogi  atau  perbandingan  sifat-sifat  binatang  yang  menyerupai  sifat  manusia. Selain itu, metafora ini juga memperbandingan bagian tubuh dan tingkah laku binatang dengan manusia.
Pada  dasarnya, manusia  memiliki kehampirsamaan persepsi terhadap  suatu  objek,  karena  itu  dalam bahasa  yang  berbeda  pun  dapat ditemukan  penggunaan  metafora  yang  sama.  Namun  karena adanya  latar  belakang  sejarah, kebudayaan, adat-istiadat, dan lingkungan yang berbeda, pengenalan terhadap  sesuatu  bisa  saja  berbeda,  hal  ini  juga menjadi penyebab munculnya  perbedaan  dalam  penggunaan  metafora. Walaupun Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris memiliki banyak persamaan dalam pemilihan kata yang digunakan sebagai metafora, namun terdapat cukup banyak perbedaan dalam kedua bahasa ini saat menggunakan istilah binatang dalam metafora.
Dalam melakukan analisis tersebut, diperlukanlah peran analisis kontrastif. Analisis kontrastif dalam Keshavarz merupakan disiplin ilmu yang mengidentifikasi bahasa yang berlainan berdasarkan perbedaan maupun kesamaan strukturnya yang biasanya dimanfaatkan dalam penerjemahan dan pengajaran.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang bersifat deskriptif. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik studi dokumentasi dan teknik catat. Dengan tahapan teknik analisis reduksi data, lalu mengklasifikasikan untuk kemudian dibandingkan satu sama lain antara metafora bahasa Indonesia dan metafora bahasa Inggris. Adapun data yang digunakan merupakan kumpulan-kumpulan metafora baik berupa klausa maupun kalimat dalam berbagai dokumen yang dipilih khusus hanya yang mengandung istilah binatang saja dalam metafora tersebut.

HASIL PENELITIAN
            Berdasarkan data metafora yang mengandung istilah binatang dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, berikut dipaparkan sampel acak dari persamaan dan perbedaan makna yang muncul dari metafora tersebut berdasarkan makna negatif dan positif yang dihasilkannya:
Ø  Metafora binatang dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan makna yang sama dan referensi binatang yang sama (sama seutuhnya):
Makna
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Ketidakcocokan
Seperti anjing dengan kucing
Cat and dog life
Kepalsuan
Air mata buaya
Crocodile tears
Tajam
Mata elang
Eagle’s eye

1.      Anjing
Indonesia: Seperti anjing dengan kucing (hubungan yang tidak cocok)
Inggris:      Cat and dog life (selalu berselisih paham)
Kesamaan makna negatif untuk kata ‘anjing’ di mana anjing dan kucing artinya berselisih
2.      Buaya
Indonesia: Air mata buaya (kepalsuan)
Inggris:      Crocodile tears (ketidaktulusan, dalam keadaan bersedih)
Kesamaan makna negatif untuk kata ‘buaya’ yang dimetaforakan untuk menggambarkan keadaan atau situasi yang tidak disenangi
3.      Elang
Indonesia: Mata elang (tatapan tajam)
Inggris:      Eagle’s eye (menatap secara tajam)
Kesamaan makna untuk kata ‘elang’ yang diartikan sebagai ketajaman cara menatap suatu objek layaknya tatapan mata seekor elang

Ø  Metafora binatang dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan makna yang berbeda namun memiliki referensi binatang yang sama:
Makna
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
(berlainan)
Anjing menyalak tidak akan menggigit
Work like a dog
(berlainan)
Seperti ayam patuk anaknya
Chicken or the egg
(berlainan)
Makannya seperti kucing
Let the cat out of the bag
(berlainan)
Nakal seperti monyet
Monkey see, monkey go
(berlainan)
Bertenaga kuda
Hungry enough to eat a horse
(berlainan)
Seperti katak dalam tempurung
Boiling frog

1.      Anjing
Indonesia: Anjing menyalak tidak akan menggigit (rupanya seram namun
       sesungguhnya tidak menakutkan)
Inggris:      Work like a dog (bekerja dengan giat)
Perbedaan makna, makna ‘anjing’ pada metafora pertama negatif dengan interpretasi rupa yang seram, makna ‘anjing’pada metafora kedua positif dengan interpretasi pekerja keras.
2.      Ayam
Indonesia: Seperti ayam patuk anaknya (Perilaku ibu terhadap anak yang
      memarahi untuk memperbaiki perilaku anaknya)
Inggris:     Chicken or the egg (ketidakjelasan situasi di mana tidak dapat
                  diketahui mana hal yang terjadi lebih dulu)
Perbedaan makna, kata ‘ayam’ pada metafora pertama memiliki makna positif sedangkan pada metafora kedua memiliki makna negatif karena menyatakan ketidakjelasan terhadap suatu keadaan.
3.      Kucing
Indonesia: makannya seperti kucing (seseorang yang porsi makannya
                  sedikit)
Inggris:     let the cat out of the bag (membongkar kebenaran yang selama
                  ini tersembunyi)
Makna kata ‘kucing’ pada metafora pertama dan kedua sangat berlainan dan tidak memiliki kaitan sama sekali meskipun referensi binatang yang digunakan sama.
4.      Indonesia: nakal seperti monyet (perilaku nakal)
Inggris:      monkey see, monkey go (mempelajari suatu proses tanpa
                  memahami cara kerjanya)
Makna kata ‘monyet’ pada metafora pertama dan kedua berlainan namun masih memiliki keterkaitan, di mana pada metafora pertama yang dimetaforakan adalah perilaku monyet secara langsung sedangkan pada klausa kedua yang dimetaforakan adalah perilaku monyet secara tidak langsung, di mana monyet diidentikkan dengan keteledoran, ketidaktelitian, dan sebagainya.
5.      Kuda
Indonesia: bertenaga kuda (gesit, cepat, dan kuat)
Inggris:     Hungry enough to eat a horse (sangat lapar)
Pada metafora pertama, ‘kuda’ dimaknai sebagai binatang yang memiliki kekuatan dan kecepatan sedangkan pada metafora kedua digambarkan sebagai binatang berukuran besar. Apabila seseorang sampai sangat lapar seolah dia mampu memakan binatang besar sekalipun.
6.      Katak
Indonesia: seperti katak dalam tempurung (penakut)
Inggris:     boiling frog (ketidakmampuan atau keengganan seseorang
                 bereaksi terhadap ancaman yang muncul)       
Pencitraan katak sebagai binatang yang suka melompat-lompat nampak jelas digunakan dalam kedua metafora di atas, hanya saja dalam penggunaannya berbeda sehingga makna yang ditimbulkan dari klausanya juga berbeda.
Berikut sintesis beberapa jenis binatang yang digunakan sebagai metafora bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk menggambarkan sifat manusia, serta makna yang dimiliki.
1.      Anjing: dalam  bahasa  Indonesia,  ‘anjing’ memiliki  makna  konotasi yang  kurang  baik,  orang-orang  sering  menghubungkan  “anjing”  dengan  sesuatu  yang  mengerikan atau watak keras. Hal yang sama juga berlaku dalam bahasa Inggris, hanya saja tidak selalu ‘anjing’ dalam bahasa Inggris bermakna negatif, ada kalanya ‘anjing’ bermakna pekerja keras.
2.      Buaya: dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, ‘buaya’ memiliki makna konotasi negatif yang diidentikkan sebagai penipu, di mana yang ditunjukkan buaya merupakan kepalsuan.
3.      Elang: dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, ‘elang’ memiliki makna konotasi positif. Digambarkan sebagai binatang yang memiliki keakuratan dan kejelian.
4.      Ayam: dalam bahasa Indonesia ‘ayam’ memiliki konotasi positif sebagai simbol induk yang selalu menjaga anaknya maka identik dengan konteks menjaga, melindungi, dan mendidik. Namun, dalam bahasa Inggris ketika kata ‘ayam’ disandingkan dengan telur, maka identik dengan kesulitan memastikan suatu hal atau situasi.
5.      Kucing: dalam bahasa Indonesia dan bahsa Inggris kucing memiliki konotasi sebagai binatang ukuran kecil dan mudah bersembunyi.
6.      Monyet: pintar,  cerdik,  tidak  bisa  diam,  nakal,  dan  iseng  merupakan  sifat  dasar  yang  dimiliki “monyet”.  bahasa  Indonesia  dan  bahasa  Inggris  sama-sama  menggunakan  binatang  ini  untuk menggambarkan  seseorang  yang  nakal,  tidak  bisa  diam,  iseng,  dan  cerdik.
7.      Kuda: dalam  bahasa  Indonesia  “kuda”  identik  dengan  kecepatan dan kekuatan. Sedangkan dalam bahasa Inggris diidentikkan dengan ukuran yang besar.
8.      Katak: katak diidentikkan dengan kelincahannya dalam melompat dan didukung dengan ukuran tubuhnya yang kecil. Dengan kelincahannya, dikonotasikan sebagai binatang yang mampu melewati masalah namun karena bersembunyi sehingga dalam bahasa Indonesia digambarkan sebagai sikap penakut. Sedangkan dalam bahasa Inggris, ‘katak’ diidentikkan dengan kemampuan yang tidak diiringi dengan kemauan, atau enggan berusaha dan berkeinginan.

KESIMPULAN
Perbedaan budaya berdampak pada variasi bahasa baik dari segi semantik maupun sosiolinguistik. Hal tersebut juga berlaku pada metafora. Makna yang timbul dari metafora dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris tidak selalu berbeda. Meski tidak semua temuan dimuat dalam artikel ini, namun sampel-sampel yang dicantumkan dianggap telah cukup mewakili persamaan dan perbedaan penggunaan referensi binatang dalam dua bahasa. Berdasarkan temuan metafora dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, ditemukan persamaan baik itu persamaan seutuhnya maupun hanya sebagian. Baik itu hanya dari referensi binatangnya saja dan ada juga persamaan sebagian yang muncul dari kesamaan makna yang terbentuk dari referensi binatang yang berbeda.
Adapun hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat bermanfaat bagi:
1.      Bagi  peneliti.  Hasil  penelitian  ini diharapkan  dapat  menambah  wawasan peneliti  mengenai metafora binatang dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kaitannya dengan analisis kontrastif dan pengajaran bahasa kedua.
2.      Bagi  pembaca,  hasil  penelitian  ini diharapkan  dapat  bermanfaat  untuk menambah  wawasan  mengenai metafora dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
3.      Bagi  guru  Bahasa Indonesia bagi penutur bahasa Inggris, dapat  dijadikan  sebagai  penunjang  bahan pembelajaran bahasa Indonesia.
4.      Bagi  peneliti  selanjutnya,  diharapkan dapat  digunakan  sebagai  dasar  atau referensi  dalam  melakukan  penelitian sejenis  atau  penelitian  selanjutnya di bidang pengajaran bahasa dan kebahasaan.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta
Keshavarz, Mohammad Hossein. 2012. Contrastive Analysis and Error Analysis.
Tehran: Rahmana Press
Lakoff, G. and Johnson, M. 1980. Metaphors We Live. By. Chicago: University of
Chicago Press.
Miri, Marveh dan Soori Afhsin. 2015. “A Contrastive Analysis of Animal Metaphor
in English and Persian”. Australian International Academic Centre:
Advances in Language and Literacy Study, Vol. 6 No. 2 April 2015.
Pamuntjak, K.St, dkk. 2004.  Peribahasa.  Jakarta: Balai Pustaka
Sugiyono.  2009.  Metode  Penelitian  Pendidikan (Pendekatan  Kuantitatif,
Kualitatif,  dan R&D). Bandung: Alfabeta
Djajasudarma,  F. 2008.  Semantik 1 Pengantar ke Arah  Ilmu  Makna.  Bandung:
Refika Aditama.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dasar-Dasar Psikologis Dalam Analisis Kontrastif

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang James menyatakan bahwa analisis kontrastif atau yang disingkat dengan Anakon bersifat hybrid atau berkembang. Anakon adalah suatu upaya linguistik yang bertujuan untuk menghasilkan dua tipologi yang bernilai terbalik dan berlandaskan asumsi bahwa bahasa-bahasa dapat dibandingkan. [1] Hakikat dan posisi anakon dalam ranah linguistik yaitu: pertama, anakon berada di antara dua kutub generalis dan partikularis. Kedua, anakon menaruh perhatian dan tertarik kepada keistimewaan bahasa dan perbandingannya. Ketiga, anakon bukan merupakan suatu klasifikasi rumpun bahasa dan faktor kesejarahan bahasa-bahasa lainnya serta anakon tidak mempelajari gejala-gejala bahasa statis yang menjadi bahasan linguistik sinkronis. Ellis membagi anakon menjadi dua aspek yaitu: aspek linguistik dan aspek psikologis. [2] Dalam ranah linguistik terdapat suatu cabang yang disebut telaah antarbahasa. Cabang lingistik ini tertarik kepada kemunculan bahasa...

Ontologi, Metafisika, Asumsi, Peluang

BAB I PENDAHULUAN 1.                   Latar Belakang Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta, untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya, sedangkan proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas. Adapun beberapa cakupan ontologi adalah Metafisika, Asumsi, Peluang, beberapa asumsi dalam ilmu, dan batasan-batasan penjelajah ilmu. Membahas ilmu pengetahuan, sangat erat kaitannya dengan metafisika. Metafisika merupakan sebuah ilmu, yakni suatu pencarian dengan daya intelek yang bersifat sistematis atas data pengalaman yang ada. Metafisiska sebagai ilmu yang mempunyai objeknya tersendiri, hal inilah yang membedakannya dari pendekatan rasional yang lain. Setiap manusia yang baru dilahirkan ...

Cakupan Linguistik Dengan Pendekatan Struktural dan Fungsional

BAB I PENDAHULUAN A.        Dasar Pemikiran Kalau kita mendengar kata linguistik, biasanya yang terlintas di benak kita adalah kata bahasa, dan memang benar linguistik seperti yang dikatakan oleh Martinet (1987:19) [1] , telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Bahasa adalah objek utama yang dibahas  pada kajian linguistik. Bahasa sebagai objek kajian linguistik bisa kita bandingkan dengan peristiwa-peristiwa alam yang menjadi objek kajian ilmu fisika; atau dengan berbagai penyakit dan cara pengobatannya yang menjadi objek kajian ilmu kedokteran; atau dengan gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang menjadai objek kajian sosiologi. Perbandingan ini akan dibahas juga pada pembahasan selanjutnya. Meskipun dalam dunia keilmuan ternyata yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya bukan hanya linguistik, tetapi linguistik tetap merupakan ilmu yang memperlakukan bahasa sebagai bahasa, sedangkan ilmu lain tidak demikian. Kata linguistik (yang...